A.
INTELLEGENSI
Secara Etimologi Intellegensi berasal dari bahasa Inggris
“Intelligence” yang juga berasal dari bahasa Latin yaitu “Intellectus dan
Intelligentia” yang berarti kecerdasan, intelijen, atau keterangan-keterangan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia sering diucapkan bahwa
intélijen adalah orang yang bertugas mencari (mengamat-amati) seseorang dinas rahasia (Drs. M. Ngalim Purwanto).
Teori tentang intellegensi pertama kali dikemukakan oleh
Spearman dan Wynn Jones Pol pada tahun 1951. Spearman dan Wynn mengemukakan
adanya konsep lama mengenai suatu kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal
pikiran manusia tunggal pengetahuan sejati. Kekuatan tersebut dalam bahasa
Yunani disebut dengan “Nous” sedangkan penggunaan kekuatannya disebut
“Noeseis”.
Secara terminologi menurut David Wechsler, intellegensi adalah
kemampuan untuk bertindak secara terarah, berfikir secara rasional, dan
memahami lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat kita simpulkan
bahwa intellegensi adalah sebuah kemampuan mental yang melibatkan proses
berfikir secara rasional. Oleh karena itu, intellegensi tidak bisa diamati
secara langsung melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang
merupakan manifestasi dari proses berfikir rasional itu. Sedangkan IQ singkatan
dari (Intelligence Quotient) adalah
skor yang diperoleh dari sebuah alat test kecerdasan. Dengan demikian, IQ hanya
memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan
kecerdasan seseorang secara keseluruhan.
Intelligence
Quotient atau
yang biasa disebut dengan IQ merupakan istilah dari pengelompokan kecerdasan
manusia, kecerdasan ini pertama kali ditemukan sekitar tahun 1905 oleh Alfred Binnet ahli psikologi dari
Prancis, digunakan sebagai pengukur kualitas seseorang pada masanya saat itu,
dan kemudian berkembang luas sampai ke pelosok dunia. Bahkan untuk masuk ke
Militer pada saat itu, hanya yang ber-IQ yang menentukan tingkat keberhasilan dalam penerimaan untuk masuk ke
Militer.
Inti
dari kecerdasan ini ialah aktifitas otak. Kecerdasan ini terletak pada otak
bagian cortex (Kulit Otak), dimana kecerdasan inilah yang memberikan kita
kemampuan berhitung, beranalogi, berimajinasi dan memiliki daya kreasi serta
inovasi. Atau lebih tepatnya diungkapkan oleh para psikologis dengan “What I Think”. Menurut penelitian, IQ
atau daya tangkap seseorang dapat di tentukan sejak anak usia 3 tahun, daya
tangkap sangat dipengaruhi oleh keturunan (genetic) yang dibawanya dari
keluarga ayah dan ibu disamping faktor gizi makanan yang cukup.
IQ atau daya tangkap ini dianggap
tidak akan berubah sampai dewasa, kecuali bila ada sebab kemunduran fungsi otak
seperti penuaan dan kecelakaan. IQ yang tinggi memudahkan seseorang belajar dan
memahami berbagai bidang ilmu.
1.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi Intellegensi
a. Faktor pembawaan
Faktor pembawaan merupakan faktor pertama yang berperan
di dalam intelegensi. Faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir.
Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara
lain ditentukan oleh faktor bawaan. Oleh karena itu, di dalam satu kelas dapat
dijumpai anak yang bodoh, agak pintar, dan pintar sekali, meskipun mereka
menerima pelajaran dan pelatihan yang sama.
b. Faktor minat dan pembawaan yang khas
Faktor minat ini mengarahkan perbuatan kepada suatu
tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat
dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia
luas, sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk
berbuat lebih giat dan lebih baik.
c. Faktor pembentukan
Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang
yang mempengaruhi perkembangan intellegensi. Di sini dapat dibedakan antara pembentukan
sengaja, seperti yang dilakukan di sekolah dan pembentukan yang tidak
disengaja, misalnya pengaruh alam disekitarnya.
d. Faktor kematangan
Di mana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami
pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik maupun psikis,
dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga
mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Oleh karena itu,
tidak mengherankan bila anak-anak belum mampu mengerjakan atau memecahkan
soal-soal matematika di kelas empat SD, karena soal-soal itu masih terlampau
sukar bagi anak. Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk
menyelesaikan soal tersebut dan kematangan berhubungan erat dengan umur.
e. Faktor kebebasan
Faktor kebebasan artinya manusia dapat memilih metode
tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih
metode, juga bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.
2. Cara
meningkatkan IQ
Kecerdasan dapat
dibagi dua yaitu, kecerdasan umum atau biasa disebut factor-g, maupun
kecerdasan spesifik. Akan tetapi pada dasarnya kecerdasan dapat di pilah-pilah
.
Berikut ini pembaguan sfesifikasi kecerdasan menurut
L.L.Thurstone
a. Pemahaman
dan kemampuan verbal
b. Angka
dan hitungan
c. Kemampuan
visual
d. Daya
ingat
e. Penalaran
f. Kecepatan
perceptual
Skala Wechsler
yang umum dipergunakan untuk mendapatkan taraf kecerdasan, membagi kecerdasan
menjadi dua kelompok besar yaitu: Kemampuan Kecerdasan Verbal (VIQ) dan
Kemampuan Kecerdasan Tampilan (PIQ).
Menurut para
ahli IQ (Intelligence Quotient), dapat ditingkatkan dengan latihan sederhana
dan mengubah kebiasaan–kebiasaan tertentu. Yakni dengan cara sebagai berikut :
a. Latihan
pernapasan dalam
Pernapasan
dalam meningkatkan aliran darah dan oksigen ke otak, juga merileksikan kita sehingga
meningkatkan fungsi efektif otak. Cara melakukannya mudah, pejamkan mata dan
tarik nafas lewat hidung, sehingga paru-paru di penuhkan sampai kapasitasnya,
lalu hembuskan secara perlahan.
Saat
melakukan pernapasan dalam, hilangkan semua pikiran yang masuk kedalam kepala
anda, coba jangan pikirkan apapun kecuali efek penenangan dan perileksan dari
syaraf dan tubuh. Cara ini sangat berguna dan efektif untuk menyelesaikan
masalah secara kreatif.
Ketika anda
selesai melakukan latihan yang hanya perlu waktu 2 sampai 4 menit ini kemampuan
anda untuk menyelesaikan masalah akan meningkat paling sedikit 80 %. Pikiran
akan merasa jernih dalam sekejap jika dilakukan hanya 5 kali berturut-turut,
anda juga akan lebih bisa mengkoordinasikan pikiran dan pemikiran sehingga
menjadi lebih jelas.
b. Jaga postur tubuh
Postur
tubuh dapat menentukan seberapa baik anda berfungsi. Berdiri bungkuk dan mulut
terbuka mengurangi kemampuan berfikir jernih. Untuk membuktikan hal ini coba
duduk membungkuk dengan mulut terbuka sambil menyelesaikan soal matematika
didalam pikiran. Kemungkinan anda tidak bisa menyelesaikan masalah tersebut secara cepat dan tidak bisa
berfikir secara jernih.
Lakukan
olahraga untuk membantu meningkatkan aliran darah ke otak. Aerobic atau
olahraga apa saja dapat memberikan pengaruh fositif dan memberikan khasiat.
c. Perhatikan
makanan
Jangan
makan segala sesuatu yang mengandung gula sederhana secara berlebihan semua
karbohidrat sederhana jika dimakan dalam
jumlah yang banyak, secara umum dapat membuat lelah yang bukan hanya membuat
anda lamban dalam berfikir, tapi juga membuat lamban secara fisik.
3.
Hal-hal
yang menyebabkan IQ menurun
Semua orang sudah
mengetahui kalau otak merupakan salah satu bagian terpenting dalam organ tubuh
manusia yang berguna untuk menyimpan memori, berfikir dan pusat saraf sensorik
dan motorik pada organ tubuh anda.
Sayangnya, sampai
saat ini otak belum dapat diobati bila mengalami kerusakaan, oleh sebab itu
sebaiknya anda mulai merawat otak anda dengan tidak melakukan beberapa hal yang
menyebabkan kerusakan pada otak di bawah ini.
a. Bekas botol mineral
Mungkin sebagian dari anda mempunyai
kebiasaan memakai ulang botol plastic dari air mineral seperti Aqua, Ades dan
sebagainya sebagai cadangan air yang anda minum sahari-hari.
Bila iya,
sebaiknya anda mulai menghentikan kebiasaan ini karena bahan plastic dari botol
atau disebut juga polyethylene terephthalate atau PET yang dipakai oleh
botol-botol ini mengandung zat-zat karsinogen atau DEHA yang berbahaya bagi
tubuh anda.
Jadi,
sebenarnya botol bekas ini hanya aman untuk dipakai 1-2 kali saja, jika anda
ingin memakainya lebih lama, botol harus ditempatkan di tempat yang sejuk dan
jauh dari sinar matahari, itupun tidak boleh lebih dari seminggu. Karena
kebiasaan mencuci ulang botol bekas akan membuat lapisan plastik rusak dan zat
karsinogen akan masuk tercampur dengan air yang anda minum. Jadi sebaiknya anda
membeli botol air minum yang memang khusus untuk dipakai berulang-ulang.
b. Sate
Kalau anda gemar makan sate, jangan
lupa untuk mengkonsumsi ketimun sesudahnya, karena ketika anda makan sate
sebetulnya anda juga ikut memakan karbon hasil pembakaran arang yang dapat
menyebabkan kanker dan mengakibatkan sel-sel pada otak tidak berkembang
sehingga pada akhirnya anda akan susah berkonsentrasi. Untuk itu, disarankan
anda mengkonsumsi ketimin yang mempunyai anti karsinogen yang baik untuk
menghalau karsinogen yang terdapat pada sate yang anda makan.
c. Udang dan vitamin C
Jangan pernah memakan udang setelah
anda mengkonsumsi vitamin C, karena akan menyebabkan anda keracunan dari racun
Arsenik (As) yang merupakan proses reaksi dari udang dan vitamin C.
Nah,
makanya mengkonsumsi udang dan vitamin C secara bersamaan akan mengakibatkan
sel-sel stimulus otak menjadi gampang terganggu, dan pada akhirnya akan
menyebabkan kebodohan karena IQ menjadi turun.
d. Mie instan
Untuk penggemar instan, pastikan
anda mempunyai selang waktu paling tidak tiga hari setelah anda mengkonsumsi
mie instan, jika anda akan memakan lagi. Dari informasi kedokteran, terdapat
kandungan lilin yang melapisi mie instan, itulah sebabnya mie instan tidak
lengket satu sama lainnya ketika dimasak. Mengkonsumsi mie instan setiap hari
akan meningkatkan kemungkinan seseorang terjangkit kanker.
e. Bahaya dibalik kemasan makanan
Kemasan makanan merupakan bagian
dari makanan yang sehari-hari anda konsumsi. Bagi sebagian besar orang, kemasan
makanan hanya sekadar bungkus makanan dan cenderung dianggap sebagai pelindung
makanan. padahal sebetulnya, tidak tepat begitu, namun tergantung jenis bahan
kemasan.
Oleh sebab
itu sebaiknya mulai sekarang anda harus cermat dalam memiliki kemasan makanan.
hindari kemasan pada makanan yang mempunyai fungsi untuk mengawetkan,
menyeragamkan dan kemasan yang bersentuhan langsung dengan makanan yang akan
anda konsumsi.
f. Kopi
Biasakan untuk tidak mengkonsumsi
kopi secara berlebihan, karena hal ini akan menganggu sistem otak. Beberapa
ilmuwan menganjurkan untuk meminum kopi maksimal hanya 3 gelas perhari, itupun
yang berukuran cangkir kecil.
g. Tidak sarapan
Banyak orang yang menyepelekan
sarapan di pagi hari, padahal tidak mengkonsumsi apapum di pagi hari akan
menyebabkan turunnya kadar gula di dalam darah. Hal ini akan berakibat pada
kurangnya masukan nutrisi pada otak yang berakhir pada kemunduran sistem otak.
h. Makan berlebihan
Kemudian, bila anda terlalu banyak
makan ternyata juga berbahaya bagi otak anda karena akan mengeraskan pembuluh
darah di otak yang biasanya berfungsi untuk kekuatan mental anda. Bila pembuluh
darah anda sudah mengeras, biasanya akan berakibat dengan turunnya kekuatan
mental pada tubuh anda. Jadi biasakanlah untuk menahan diri dengan cara
berhenti makan sebelum anda kekenyangan.
i.
Merokok
Inilah alasana mengapa bangsa Yahudi
terkenal jenius, karena mereka tidak merokok walaupun mereka merupakan bangsa
penghasil rokok. Fakta membuktikan kalau rokok mempunyai efek buruk pada otak
yaitu menyusutnya volume otak secara berlahan-lahan.
j.
Kurang
tidur
Tidur memberikan kesempatan pada
otak anda untuk beristirahat, jadi jika anda sering melalaikan tidur, akan
membuat sel-sel pada otak anda mati kelelahan. Jadi biasakan untuk tidur
minimal 6-8 jam dalam sehari agar badan anda sehat dan bugar.
k. Terlalu lama menggunakan ponsel
Apabila anda menggunakan ponsel
dalam waktu yang terlalu lama akan menyebabkan kerusakan pada otak karena
gelombang elektrimagnetik yang ditimbulkan oleh HP dapat mempengaruhi
perkembangan otak. Oleh sebab itu disarankan untuk menggunakan handsfree atau
headset jika anda menerima telepon cukup lama.
4.
Pengukuran
Intelejensi
Pada
tahun 1904, Alfred Binet dan Theodor Simon, 2 orang psikolog Perancis merancang
suatu alat evaluasi yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi siswa-siswa yang
memerlukan kelas-kelas khusus (anak-anak yang kurang pandai). Alat tes itu
dinamakan Tes Binnet-Simon. Tes ini kemudian direvisi pada tahun 1911.
Tahun 1916, Lewis Terman, seorang psikolog dari Amerika
mengadakan banyak perbaikan dari Tes Binet-Simon. Sumbangan utamanya adalah
menetapkan indeks numerik yang menyatakan kecerdasan sebagai rasio
(perbandingan) antara mental age dan chronological age. Hasil perbaikan ini
disebut Tes Stanford_binet. Indeks seperti ini sebetulnya telah diperkenalkan
oleh psikolog Jerman yang bernama William Stern, yang kemudian dikenal dengan
Intelligence Quotient atau IQ. Tes Stanford_Binet ini banyak digunakan untuk
mengukur kecerdasan anak-anak sampai usia 13 tahun.
Salah satu reaksi atas Tes Binet-Simon atau Tes Stanford-Binet
adalah bahwa tes itu terlalu umum. Seorang tokoh dalam bidang ini, Charles
Spearman mengemukakan bahwa inteligensi tidak hanya terdiri dari satu faktor
yang umum saja (General factor), tetapi juga terdiri dari faktor-faktor yang
lebih spesifik. Teori ini disebut teori faktor (Factor Theory of Intelligence).
Alat tes yang dikembangkan menurut teori faktor ini adalah WAIS (Wechsler Adult
Intelligence Scale) untuk orang dewasa, dan WISC (Wechsler Intelligence Scale
for Children) untuk anak-anak.
Rumus kecerdasan umum
yang di tetapkan oleh para ilmuwan adalah:
Usia mental anak X 100 = IQ
Usia
sesungguhnya
Contoh : Misal anak pada usia 3 tahun telah punya kecerdasan
anak-anak yang
rata-rata baru bisa berbicara seperti anak usia 4 tahun. Inilah yang disebut dengan
usia mental. Berarti IQ si anak adalah
: 4/3 x 100 = 133.
Interpretasi atau
penafsiran dari IQ adalah sebagai berikut:
TINGKAT KECERDASAN
|
IQ
|
GENIUS
|
Di atas 140
|
SANGAT SUPER
|
120 – 140
|
SUPER
|
110 – 120
|
NORMAL
|
90 - 110
|
BODOH
|
80 - 90
|
PERBATASAN
|
70 – 80
|
MORON / DUNGU
|
50 – 70
|
IMBECILE
|
25 – 50
|
IDIOT
|
0
- 25
|
B.
GAYA
BELAJAR
Menurut
Morgan, dalam buku Introduction to Psychology (1978)
mengemukakan: “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam
tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman,
sedangkan menurut Witherington, Dalam buku Educational Psychology mengemukakan: “Belajar adalah suat perubahan
di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada
reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu
pengertian”. Jadi dapat disimpulkan bahwa Belajar merupakan suatu perubahan
yang terjadi melalui latihan atau pengalaman, perubahan-perubahan yang
disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil
belajar, seperti perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.
1.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
a. Faktor yang ada pada diri organisme itu
sendiri yang bisa disebut faktor individual yang terdiri dari: faktor
kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan pribadi.
b. Faktor yang ada di luar diri individu yang bisa disebut
faktor sosial yang terdiri dari: faktor keluarga, guru dan cara mengajarnya,
lingkungan kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial.
2.
Cara-cara belajar yang baik
Dr. Rudolf Pintner mengemukakan beberapa macam metode di dalam
belajar, yaitu:
a. Metode keseluruhan kepada bagian ( whole to part method )
Dalam mempelajari
sesuatu kita harus memulai dahulu dari keseluruhan, kemudian baru mendetail
kepada bagian-bagiannya.
b. Metode keseluruhan lawan bagian ( whole versus part method )
Untuk bahan pelajaran
yang tidak terlalu luas, metode keseluruhan digunakan seperti: menghafal syair,
membaca cerpen, sedangkan untuk bahan yang bersifat nonverbal, seperti
keterampilan, mengetik, dan menulis
lebih tepat menggunakan metode bagian.
c. Metode campuran antara keseluruhan dan
bagian ( mediating method )
Digunakan untuk
bahan-bahan pelajaran yang luas, atau yang sukar-sukar seperti: tata buku,
akunting, bahankuliah lain pada umumnya.
d. Metode resitasi ( recitation method )
Mengulang atau
mengucapkan kembali sesuatu yang telah dipelajari.
e. Jangka waktu belajar ( length of practice periods )
Dari hasil eksperimen
ternyata jangka waktu belajar yang produktif seperti: menghafal, mengetik,
mengerjakan soal hitungan adalah antara 20-30 menit. Jangka waktu yang lebih
dari 30 menit untuk belajar yang benar-benar memerlukan konsentrasi perhatian
relatif kurang atau tidak produktif.
f. Pembagian waktu belajar ( distribution of practice periods )
Menurut hukum Jost
tentang belajar, 30 menit 2 kali sehari selama 6 hari lebih baik dan produktif daripada
sekali belajar selama 6 jam (360 menit) tanpa berhenti.
g. Membatasi kelupaan ( counteract forgetting )
Bahan pelajaran yang
telah kita pelajari sering kali mudah dilupakan. Maka jangan sampai lupa atau
hilang sama sekali, dalam belajar perlu adanya ulangan atau review pada waktu
tertentu atau setelah akhir pelajaran selesai.
h. Menghafal ( cremming )
Berguna terutama jika
tujuannya untuk menguasai kembali dengan cepat bahan pelajaran yang luas dan
banyak dalam waktu yang relatif singkat seperti: belajar untuk menghadai ujian
semester atau ujian akhir. Tetapi, metode ini kurang baikkarena hasilnya mudah
lupa lagi setelah ujian selesai.
3.
Jenis-jenis gaya belajar yang dikemukakan oleh
DePorter dan Hernacki (1999):
a. Gaya Belajar Visual
Individu yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual
lebih senang melihat apa yang sedang dipelajari. Gambar/visualisasi akan
membantu mereka yang memiliki gaya belajar visual untuk lebih memahami ide atau
informasi daripada apabila ide atau informasi tersebut disajikan dalam bentuk
penjelasan. Apabila seseorang menjelaskan sesuatu kepada orang yang memiliki
kecenderungan gaya belajar visual, mereka akan menciptakan gambaran mental
tentang apa yang dijelaskan oleh orang tersebut.
Ciri-ciri
gaya belajar visual:
1. Bicara agak cepat
2. Mementingkan
penampilan dalam berpakaian/presentasi
3. Tidak mudah
terganggu oleh keributan
4. Mengingat yang
dilihat, dari pada yang didengar
5. Lebih suka membaca
dari pada dibacakan
6. Pembaca cepat dan
tekun
7. Seringkali
mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memiliki kata-kata
8. Lebih suka melakukan
demonstrasi dari pada pidato
9. Lebih suka musik
dari pada seni
10. Mempunyai masalah
untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta
bantuan orang untuk mengulanginya.
Strategi
untuk mempermudah proses belajar anak visual :
1. Gunakan materi
visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta.
2. Gunakan warna untuk
menghilite hal-hal penting.
3. Ajak anak untuk membaca
buku-buku berilustrasi.
4. Gunakan multi-media
(contohnya: komputer dan video).
5. Ajak anak untuk
mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.
b. Gaya Belajar
Auditorial
Sementara itu, individu yang cenderung memiliki gaya
belajar auditorial kemungkinan akan belajar lebih baik dengan mendengarkan.
Mereka menikmati saat-saat mendengarkan apa yang disampaikan orang lain.
Ciri-ciri gaya belajar auditori :
Ciri-ciri gaya belajar auditori :
1. Saat bekerja suka
bicara kepada diri sendiri
2. Penampilan rapi
3. Mudah terganggu oleh
keributan
4. Belajar dengan
mendengarkan dan mengingat apa yang di diskusikan dari pada yang dilihat
5. Senang membaca
dengan keras dan mendengarkan
6. Menggerakkan bibir
mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
7. Biasanya ia
pembicara yang fasih
8. Lebih pandai mengeja
dengan keras daripada menuliskannya
9. Lebih suka gurauan
lisan daripada membaca komik
10. Mempunyai masalah
dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual
11. Berbicara dalam
irama yang terpola
12. Dapat mengulangi
kembali dan menirukan nada, berirama dan warna
suara
Strategi
untuk mempermudah proses belajar anak auditori :
1. Ajak anak untuk ikut
berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas
maupun di dalam keluarga.
2. Dorong anak untuk
membaca materi pelajaran dengan keras.
3. Gunakan musik untuk
mengajarkan anak.
4. Diskusikan ide
dengan anak secara verbal.
c. Gaya Belajar
Kinestetik
Individu yang memiliki kecenderungan gaya belajar
kinestetik akan belajar lebih baik apabila terlibat secara fisik dalam kegiatan
langsung. Mereka akan belajar sangat baik apabila mereka dilibatkan secara
fisik dalam pembelajaran. Mereka akan berhasil dalam belajar apabila mereka
mendapat kesempatan untuk memanipulasi media untuk mempelajari informasi baru.
Ciri-ciri
gaya belajar kinestetik:
1. Berbicara perlahan
2. Penampilan rapi
3. Tidak terlalu mudah
terganggu dengan situasi keributan
4. Belajar melalui
memanipulasi dan praktek
5. Menghafal dengan
cara berjalan dan melihat
6. Menggunakan jari
sebagai petunjuk ketika membaca
7. Merasa kesulitan
untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita
8.Menyukai buku-buku
dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca
9. Menyukai permainan
yang menyibukkan
10. Tidak dapat
mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu
11. Menyentuh orang
untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi
Strategi
untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik:
1. Jangan paksakan anak
untuk belajar sampai berjam-jam.
2. Ajak anak untuk
belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia baca sambil
bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru).
3. Izinkan anak untuk
mengunyah permen karet pada saat belajar.
4. Gunakan warna terang
untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan.
5. Izinkan anak untuk
belajar sambil mendengarkan musik
4. Manfaat memahami
gaya belajar
Manfaat Memahami Gaya
Belajar Anda Penting untuk diingat bahwa Anda sebagai seorang individu adalah
pembelajar yang unik. Tidak ada dua orang yang persis sama dan tidak ada dua
orang yang bisa belajar dengan cara yang persis sama. Ada banyak keuntungan
untuk memahami gaya belajar yang Anda miliki dalam belajar, kita bisa memproses
informasi dengan lebih efisien. Beberapa manfaat tersebut meliputi:
a. Keuntungan Akademik
1. Memaksimalkan potensi belajar
Anda
2. Sukses pada semua tingkat
pendidikan
3. Memahami cara belajar terbaik dan
bisa mendapatkan nilai lebih baik pada ujian
dan tes
4. Mengatasi keterbatasan di dalam
kelas
5. Mengurangi frustrasi dan tingkat
stres
b. Keuntungan Pribadi
1. Meningkatkan rasa percaya diri
2. Mempelajari cara terbaik
menggunakan otak
3. Mendapatkan wawasan kekuatan
serta kelemahan diri
4. Mempelajari bagaimana menikmati
belajar dengan lebih dalam
5. Mengembangkan motivasi untuk belajar
6. Mempelajari Bagaimana
memaksimalkan kemampuan serta keterampilan alami
Anda Keuntungan Profesional
7. Unggul dalam kompetisi/persaingan
5. Pemahaman
Gaya Belajar Siswa
a. Setiap siswa memproses informasi secara berbeda
b. Jika
guru hanya menggunakan satu gaya belajar kenyamanan siswa dalam belajar
akan hilang
c. Jika siswa hanya diajarkan dengan satu gaya
belajar mungkin akan kehilangan ketangkasan mental untuk berfikir dengan
cara yang berbeda
d. Guru
harus memenuhi kebutuhan belajar dari semua siswa
C.
GAYA BERFIKIR
Berfikir adalah suatu
kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Kegiatan berfikir juga melibatkan
seluruh pribadi manusia dan juga melibatkan perasaan dan kehendak manusia.
Memikirkan sesuatu berarti mengarahkan diri pada objek tertentu, menyadari kehadirannya
seraya secara aktif menghadirkannya dalam pikiran kemudian mempunyai gagaan
atau wawasan tentang objek tersebut.
Berfikir juga berarti berjerih –
payah secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami atau mencari jalan
keluar dari persoalan yang sedang dihadapi. Dalam berfikir juga termuat
kegiatan meragukan dan memastikan, merancang, menghitung, mengukur,
mengevaluasi, membandingkan, menggolongkan, memilah – milah, atau membedakan,
menghubungkan, menafsirkan, melihat kemungkinan – kemungkinan yang ada, membuat
analisis dan sintesis, menalar, atau menarik kesimpulan dari premis – premis
yang ada, menimbang dan memutuskan.
Kegiatan berfikir, biasanya dimulai
ketika muncul keraguan dan pertanyaan untuk dijawab atau berhadapan dengan
persoalan atau masalah yang memerlukan pemecahan. Kegiatan berfikir juga
dirangsang oleh kekaguman dan keheranan dengan apa yang terjadi atau dialami.
Dengan menimbulkan pertanyaan – pertanyaan untuk dijawab . jenis, banyak,
sedikit, dan mutu pertanyaan yang diajukan bergantung pada minat, perhatian,
sikap ingin tahu, serta bakat dan kemampuan subjek yang bersangkutan.
Setiap individu pasti memiliki cara
berfikir yang berbeda. Perbedaan dalam cara berfikir dan pemecahan masalah
merupakan hal yang nyata dan penting. Perbedaan ini mungkin sebagian disebabkan
oleh factor pembawaan sejak lahir dan sebagian lagi berhubungan dengan taraf
kecerdasan seseorang. Namun, jelas bahwa proses keseluruhan dari pendidikan
formal dan pendidikan informal sangat mempengaruhi gaya berfikir seseorang di
kemudian hari, di samping mempengaruhi pula mutu pemikirannya ( Leavitt, 1978
).
Para ahli melihat ihwal berfikir ini
dari perspektif yang berlainan. Ahli – ahli psikologi asosiasi, misalnya,
menganggap bahwa berfikir adalah kelangsungan tanggapan – tanggapan ketika
subjek berfikir pasif. Plato beranggapan bahwa berfikir adalah berbicara dalam
hati. Sehubungan dengan pendapat plato, ada yang berpendapat bahwa berfikir
adalah aktivitas ideasional ( Woodworth dan Marquis, dalam Suryabrata, 1995:54
).
Pada
pendapat yang terakhir itu dikemukakan dua kenyataan, yakni :
a. Berfikir adalah aktivitas, jadi subjek
yang berfikir aktif
b. Aktivitas bersifat ideasional, jadi
bukan sensoris dan bukan motoris, walaupun dapat disertai oleh kedua hal itu,
berfikir menggunakan abstraksi – abstraksi atau “ ideas”.
Piaget
menciptakan teori bahwa cara berfikir logis berkembang secara bertahap, kira –
kira pada usia dua tahun dan pada sekitar tujuh tahun. Ia menunjukkan bahwa
pada anak-anak tidak seperti bejana yang menuggu untuk diisi penuh dengan
pengetahuan . mereka secara aktif membangun pemahamanya akan dunia dengan cara
berinteraksi dengan dunia.
Dalam islam, seruan berfikir memperhatikan dan mengetahui tidak
dikhawatirkan akan membawa dampak negative yang bertolak belakang dengan
kebenaran agama, sebab islam beranggapan bahwa kebenaran agama tidak akan
bertentangan dengan kebenaran rasio. Akidah haruslah berdasarkan ilmu bukan
dengan penyerahan diri secara buta.
Jadi, pada hakikatnya berikir merupakan ciri utama bagi manusia
untuk membedakan antara manusia dan mahkluk lain. Dengan dasar berfikir ini,
manusia dapat mengubah keadaan alam sejauh akal dapat memikirkannya. Berfikir
juga disebut sebagai proses bekerjanya akal, manusia dapat berfikir karena
manusia berakal. Akal merupakan intinya sebagai sifat hakikat, sedangkan
makhluk sebagai genus yang merupakan dhat,
sehingga manusia dapat dijelaskan sebagai makhluk yang berakal. Akal merupakan salah satu unsur
kejiwaan manusia untuk mencapai kebenaran, disamping rasa untuk mencapai
keindahan dan kehendak untuk mencapai kebaikan. Dengan akal inilah, manusia
dapat berfikir untuk mencari jalan yang hakiki.
Ciri-ciri terutama dari berfikir adalah adanya abstraksi ( Purwanto, 1998:43). Abstraksi dalam
hal ini berarti anggapan lepasnya kualitas atau relasi dari benda – benda,
kejadian – kejadian, situasi – situasi yang mula – mula dihadapi sebagai
kenyataan.
Macam-macam
Berfikir
Secara garis besar, ada
dua macam berfikir, yaitu :
a. Berfikir
Autistik : lebih
tepatnya disebut dengan melamun, contoh : menghayal, fantasi, atau wishful thinking. Dengan
berfikir seperti ini, seseorang melarikan diri dari kenyataan, dan
melihat hidup sebagai gambar – gambar fantastis.
b. Berfikir
Realistik : sering
disebut reasoning ( nalar ), adalah berfikir dalam
rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata.
Menurut Floyd L.Ruch (
1967 ), seperti dikutip Rahmat ( 1994:69), menyebut tiga macam berfikir
realistic :
a. Berfikir
Deduktif :
berlangsung dari yang umum menuju yang khusus. Berfikir deduktif adalah
mengambil kesimpulan dari dua pernyataan , yang pertama merupakan pernyataan
umum, dalam logika, disebut dengan silogisme.
b. Berfikir
Induktif :
adalah proses berfikir yang bertolak dari satu atau sejumlah fenomena
individual untuk menurunkan suatu kesimpulan
(inferensi). Berfikir
induktif ialah menarik kesimpulan umum dari berbagai kejadian (data) yang ada
disekitarnya. Dasarnya adalah observasi. Proses berfikirnya adalah sintesis.
Tingkatan berfikirnya adalah induktif. Pada hakikatnya,, semua pengetahuan yang
dimiliki manusia berasal dari proses pengamatan ( observasi ) terhadap data.
c. Berfikir
Evaluatif :
ialah berfikir kritis, menilai baik – buruknya, tepat atau tidaknya suatu
gagasan. Dalam berfikir evaluative, kita tidak menambah atau mengurangi gagasan.
Kita menilainya menurut criteria tertentu ( Rahmat, 1994 ). Perlu diingat bahwa
jalannya berfikir pada dasarnya ditentukan oleh berbagai macam factor, antara
lain yaitu bagaimana seseorang melihat atau memahami masalah tersebut, situasi
yang tengah dialami seseorang dan situasi luar yang dihadapi, pengalaman –
pengalaman orang tersebut, serta bagaimana intelegensi orang itu.